a

18. Konsep Sukses dalam Islam

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Konsep sukses dalam Islam berbeda dengan konsep sukses yang banyak dipahami masyarakat umum. Dalam pikiran umum, sukses identik dengan kekayaan materi, harta yang banyak, kebebasan finansial, unlimited income, dan seterusnya. Kalau tidak kaya, bukan sukses; sebagaimana kalau hidup miskin, dianggap gagal.
Pada hakikatnya, sukses Islami adalah berhasil mengumpulkan skor pahala sebanyak-banyaknya; dan menghindari poin merah (dosa) sebanyak-banyaknya; sehingga akhirnya di Hari Akhirat berhak mendapat surga.
Sukses Itu Mendapat TAUFIQ untuk Merealisasikan Amal Shalih.
Meskipun kaya, kalau pelit berbuat amal baik, dan banyak berbuat dosa; maka kekayaannya menjadi tidak berguna. Meskipun miskin, kalau banyak berbuat baik, bermanfaat bagi kehidupan yang luas; sedikit berbuat dosa-dosa; hasil akhirnya dia akan mendapat surga (jannah).


Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

(Setiap jiwa yang hidup pasti akan mengalami mati, bahwasanya akan dibalasi pahala mereka secara sempurna di Hari Kiamat. Dan siapa yang dijauhkan/diselamatkan dari siksa neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah SUKSES. Dan tidaklah kehidupan dunia itu, selain kesenangan yang menipu belaka). [Ali Imran: 185].

Ayat ini menjelaskan hakikat sukses sejati, yaitu: Wa man zuhziha ‘anin naari wa adkhalal jannata faqad faaza (dan siapa yang dijauhkan dari siksa neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah SUKSES).

Maka sukses dalam Islam adalah At Taufiq. Maksudnya, seseorang mendapat pertolongan dari Allah Ta’ala untuk mengumpulkan skor pahala sebanyak-banyaknya, dan menghindari poin dosa sebesar-besarnya. Dengan hal itu, dia dimudahkan masuk surga dan dijauhkan dari neraka.
Jika untuk mencapai tujuan itu, dia butuh banyak harta; maka Allah pun memberinya banyak harta. Jika untuk itu, dia butuh kesejahteraan yang sedang-sedang saja; maka dia pun mendapatkan yang sedang-sedang. Jika untuk itu, dia perlu hidup sederhana; maka Allah pun memberinya kesederhanaan.
Jadi kekayaan mengikuti tujuan pahala; bukan sebaliknya. Inilah yang dinamakan Taufiq, yaitu pertolongan Allah kepada seseorang untuk merealisasikan tujuan-tujuan mulia di sisi-Nya.
Untuk mencapai sukses yang seperti ini, Islam memberikan jalan yang terang-benderang. Kiat-kiat sukses itu disebutkan di awal-awal Surat Al Mu’minuun.

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)

(Sungguh berjaya orang-orang Mukmin itu, yaitu mereka yang shalatnya khusyuk; mereka meninggalkan hal-hal yang tidak berguna; mereka menunaikan kewajiban zakat; mereka menjaga kemaluannya, kecuali kepada isteri-isteri atau budak yang mereka miliki, karena hal itu tidak tercela; maka siapa yang mencari selain itu, mereka itu melampaui batas; dan mereka yang menjaga amanat dan janjinya; mereka menjaga shalatnya. Itulah orang-orang yang mewarisi, yaitu mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya). [Al Mu'minuun: 1-11].

Dari ayat-ayat ini dapat disimpulkan beberapa kiat mencapai sukses, yaitu sebagai berikut:

[a]. Menjalankan shalat secara khusyuk. Khusyuk yaitu saat dalam shalat merasa dirinya kelak akan berjumpa Allah dan kembali kepada-Nya.

[b]. Meninggalkan hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Dalam hadits disebutkan: Min husnil Islami mar’i tarkuhu maa laa ya’nih(ciri bagusnya keislaman seseorang, dia meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya).

[c]. Menunaikan kewajiban zakat. Terutama Zakat Maal, bagi yang kekayaannya mencapai nishab; minimal Zakat Fitrah saat bulan Ramadhan, menjelang hadirnya bulan Syawwal. Kalau tak mampu membayar Zakat Maal, karena harta tak mencapai nishab (ambang minimal), maka bersedekah kepada siapa saja yang membutuhkan.

[d]. Menjaga kemaluan dari perbuatan zina; baik zina besar dalam bentuk hubungan seksual dengan wanita yang diharamkan; maupun zina kecil dalam bentuk mencari kepuasan seksual melalui penglihatan, pendengaran, gerakan tangan, maupun langkah kaki.

[e]. Menjaga amanat dan menunaikan janji. Di awal Surat Al Maa’idah disebutkan: Ya aiyuhalladzina amanu ‘aufuu bil ‘uqud (wahai orang beriman penuhilah akad-akad kalian). Salah satu bentuk menunaikan amanah dan janji, ialah berhati-hati kalau berjanji. Kalau sekiranya tak mampu menjalankan, jangan merasa malu untuk menolak berkomitmen/janji. Kalau mengatakan “insya Allah” dalam hati harus sudah 75 % siap melaksanakan. Bisa saja janji “insya Allah” itu dibatalkan, kalau ada kendala serius (udzur) yang tidak memungkinkan dia melaksanakan janjinya.  Harus hati-hati saat mengucapkan “insya Allah”.

[f]. Menjaga Shalat Lima Waktu. Melaksanakan shalat sesuai waktu-waktunya; jangan sering terlambat tanpa alasan, sehingga masuk ke waktu shalat berikutnya. Lebih utama, melaksanakan shalat di awal waktu, secara berjamaah, di masjid. Kalau tak mampu, ya laksanakan shalat sesuai waktunya, jangan terlalu mepet ke waktu berikutnya.

Nah, inilah rahasia sukses secara Islami. Semoga bermanfaat dan mendapatkan hikmah dari Allah Ta’ala. Amin Allahumma amin.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "18. Konsep Sukses dalam Islam"